Friday, December 17, 2010

Selamat jalan ibu, bagian 2

Hari ini tanggal 1 November , setelah aku membeli pampers buat ibuku, aku langsung ke RS , ternyata hari itu ibu disarankan utk operasi, aku menghela nafas, apalagi ini, kenapa harus dioperasi segala, kepalaku jd pusing sekali, yg ada dibenakku, kenapa kenapa kenapa harus dilakukan operasi, sebelumnya aku dan bapak memang mengantar ibu ke ruang ct-scan, dikarenakan petugas perawat semuanya wanita, aku dan bpk disuruh utk membantu mereka utk mengangkat ibu ke meja ct-scan yg lumayan tinggi, apakah hasil dari ct scan itu ibu diharuskan operasi.

A. Di ruang tunggu ICU

ICU RS Mitra Keluarga bekasi barat, diruang tunggu itulah aku dan keluarga sekarang berada , Ditempat yg sama 3 tahun yg lalu aku juga berada disini, teringat ketika istriku di ICU saat melahirkan ternyata pendarahan parah yg menyebabkan istriku koma, Ya Allah, hanya itu yg ada dipikiranku saat ini, diruang tunggu ini 3 tahun yg lalu aku seminggu berada disana, sekarang kondisi itu berulang kembali, 3 tahun yg lalu setelah diICU istriku akhirnya kembali sehat, setelah habis melahirkan secara normal bukan Caesar ,otomatis dia tdk pernah melihat wajah anak yg baru dilahirkannya, sekarang alhamdulillah istriku telah pulih kembali, semoga hal yg demikian bisa terjadi kepada ibuku hari ini, beliau dpt sehat kembali dan berkumpul bersama anak dan cucu2nya lagi…amiiin.
Gambaran diruang tunggu ICU kondisinya hampir sama dengan 3 tahun yg lalu, setiap perawat yg keluar dr ruang ICU, keluarga pasien akan selalu cemas dan deg2an, terlihat dari wajah tegang,lelah dan perngharapan keluarga mereka akan keluar dari ruangan itu, banyak yg menangis ketika perawat atau dokter menceritakan kondisi pasien yg memburuk, dan ada yg kontras ketika perawat atau dokter menceritakan kondisi pasien yg membaik, ucapan syukur dan terima kasih, banyak terdengar diruangan itu. Ruangan itu adalah ruangan hidup dan mati kata salah satu keluarga pasien, ketika pasien keluar dari ruangan itu akan sehat atau meninggal, bergidik juga aku mendengarnya, padahal itu 3 tahun yg lalu. Kembali ke 1 November 2010 sekarang, keadaan itu msh tetap sama, suasana tegang dan cemas tergambar disana.



B. Di ruang dokter bedah

Pada sore harinya harinya, saat ibu ada diruang bedah/operasi yg kebetulan bersebelahan dgn ruang ICU, kami ngobrol sambil selalu memperhatikan ruang operasi itu, pas maghrib saudari sepupuku mba isni datang keRS, dia menanyakan keadaan ibu, pas ngobrol kami sekeluarga dipanggil oleh perawat utk masuk keruang operasi, deg jantungku berdegup kencang, kami sekeluarga bapak,aku dan kedua adikku, bu yati dan mba isni masuk keruang operasi, disebuah ruangan sdh menunggu team dokter yg kiranya akan menjelaskan kondisi ibu utk menjalani operasi, dokter menceritakan kondisi ibu msh labil dan ternyata ada usus yg bocor dan ginjal ibu yg sdh rusak, mendengar itu aku keluar ruangan dan airmata langsung membasahi mataku, terus terang aku tak sekuat bapak dan adik2ku mendengar hal itu, ibu yg kami sayang ternyata kondisinya sedemikian rupa, ya Allah, astagfirullah, entah apa lagi yg aku ucapkan, kepalaku kembali pening, sambil mendengar dari dinding ruangan dokter yg dibatasi pintu kaca yg terbuka aku hanya mendengarkan, kondisi ibu yg harus segera dioperasi. Team dokter menyerahkan keputusan pada keluargaku apakah akan dilakukan operasi atau tidak , dikondisi ibu yg labil, tensinya yg tinggi dan lemah, sangat riskan utk dilakukan operasi, dokter menjelaskan konsekwensinya jika operasi berhasil atau gagal. Keputusan berat yg harus diambil keluargaku, aku terisak perlahan sambil menahan airmata, ingin rasanya saat itu aku menerobos masuk keruang bedah, utk melihat kondisi ibu……
Keputusan sdh diambil, jika tidak dilakukan operasi segera kondisi ibu akan semakin memburuk, maka diputuskan oleh keluarga, utk melakukan operasi segera mungkin. Insya Allah, ini keputusan terbaik yg diambil setelah menanyakan kedokter yg lebih baik, biarpun mereka menyatakan 50:50, Kami dipersilahkan utk keluar dari ruang dokter, akhirnya kamipun kembali keruang tunggu ICU, Lelah dan pikiran yg bermacam2 mungkin ada dibenak kami semua saat itu dan semua mendo’akan akan keberhasilan operasi ini. Waktu menunjukan jam 8.30, kami sekeluarga pulang, tinggal ichsan adikku yg menunggu ibu di ruang tunggu ICU, ichsan ,irfan,bu Yatidan Tari memang paling rajin dan setia di RS, selama ibu dirawat dia dan adikku irfan dan istrinya serta bu Yati (adik ibuku) yg hampir setiap saat ada disana, mengurus apa yg harus dilakukan, terutama iparku Tari yg gesit kesana kemari utk kelancaran selama di RS, Sampai dirumah sulit sekali mata ini utk tidur, aku yakin bapak dan keluargaku juga pasti akan susah tidur, Jam 22.11 aku menerima sms dari ichsan bahwa ibu sekitar jam 21.30 malam mau di operasi bedah dgn kondisi seperti tadi sore,yaitu masih labil. Dan meminta do’a utk kelancaran operasi ibu. Menerima sms tadi jantungku berdegup kencang, mudah2an operasi bedah utk menjahit usus ibu yg bocor akan segera selesai, dan sukses dilaksanakan. Ya Allah berikanlah kekuatan kepada ibu kami yg dimata kami sangat baik sekali, ibu yg selalu senyum dan ramah, ibu yg selalu sabar dan rajin ibadahnya, msh teringat ketika aku menjadi imam di musholla dirumahku dan ibu menjadi makmumnya, msh terbayang wajah putih bersih dan berseri2 tanda orang yg tak lepas dari wudhu dan sholatnya dan banyak lagi kebaikan beliau dimata keluarga dan warga sekitar, baik ditanah abang dulu atau dibekasi sekarang. Dan masih banyak kebaikan beliau dimata kami yg sungguh ibu ideal bagi keluargaku. sesaat pikiranku melayang, bergegas aku ambil air wudhu dan sholat tahajud, biarpun hanya tertidur dua menit bagiku sdh cukup daripada bengong saja, dalam sholat aku berdo’a utk kelancaran operasi ini, sdh lama aku tak sholat sekhusyuk ini, airmataku berjatuhan, cengeng memang, selesai sholat aku pandangi istri dan anakku yg tertidur, kembali teringat kejadian 3 tahun lalu yg menimpa istriku pada saat sehabis melahirkan lalu koma. Anakku yg tertidur pulas seakan turut mendoakan Yangti (eyang putri) umi yg sekarang dirumah sakit saat ini.

D. Sms dari Adikku

Tak berapa lama hp kembali berbunyi, ada sms yg masuk, bergegas aku baca dan aku langsung berfikir, sms itu pasti dr ichsan yg berada dirumah sakit yg selalu memberitahukan setiap ada kejadian mengenai kondisi ibu saat di RS. Bunyi sms : “ ibu br selesai dibedah, yg bocor usus12 jari dan cukup besar sementara ini ibu akan masuk ICU sambil tunggu hasil LAB utk operasi jahit usus, doa kan supaya lancar , amiiin “ sms ini aku terima jam 22.42 malam. Akhirnya sdh selesai dioperasi pikirku, jam menunjukan 24.10, tak lama aku pun tertidur, jam 2.44 pagi hpku berbunyi lagi tanda sms masuk, reflek aku terbangun dan langsung membaca sms itu, ternyata ichsan menceritakan bahwa ia bisa masuk keruang ICU utk melihat kondisi ibu, kata suster ibu sedang diistirahatkan krn nafas dan tensinya saat operasi td msh labil, nafasnya dibantu pakai alat dan besok jam 6.00 dicek kondisinya.
Tanggal 2 November 2010 Jam 6.24 pagi ada sms lagi yg mengatakan, bahwa kondisi ibu msh labil dan dijelaskan dokter bahwa banyak terdpt luka dipencernaannya sedangkan nafasnya msh hrs dibantu alat ventilator. Pagi itu aku minta izin kantor utk tdk masuk kerja , langsung aku menuju ke RS dan sesampainya disana aku lihat bu Yati dan ichsan dgn wajah lelah, menceritakan kembali kejadian malam td, akupun gantian menjaga ibu diruang tunggu itu sedangkan ichsan pulang ke rumah utk sekedar istirahat. Saat jam 10.00 s/d jam 11.00 adalah waktu besuk pasien ICU, aku langsung masuk keruang ICU, melihat kondisi ibu dengan alat ventilator (alat Bantu pernafasan) dimulutnya aku menjadi kasihan , karena selangnya yg besar membuat nafas ibu menjadi tersengal sengal dibuatnya. Aku lalu ngobrol dgn ibu, lalu ada respon ketika aku genggam tangannya, oh ibu, beda sekali dgn ibu yg selalu senyum itu, sekarang hanya terpejam matanya, Aku hanya sebentar disana, karena terus terang aku nggak tega melihatnya, ruangan ICUpun sama persis dan bunyi alat penunjang hidup diruangan ICU yg khas dan bau ruang ICU (kata orang2) sama persis 3 tahun yg lalu ketika istriku berada disana pada saat itu, aku keluar dari ICU menuju ruang tunggu, ternyata menurut dr.petrus semua operasi telah dilakukan dan sdh menjahit usus ibu yg bocor, aku lega mendengarnya. Langsung aku kabari saudara2ku ttg kabar ini , sore hari hingga malam hari tidak ada kabar yg berarti, aku hanya bisa terus berdoa utk kesembuhan ibu. Selepas isya ichsan dtg ke RS, sekitar jam 23.30, aku pulang kerumah, disamping kondisiku selama 1 minggu ini memang kurang fit sekali.
Tanggal 3 November 2010, pagi ini kondisi tensi ibu msh labil, normalnya 135 tp tensi ibu 160, padahal tensinya kemrn sdh rendah, siang harinya aku langsung menuju keRS lagi, walaupun badan dan kepala ini rasanya lemas, tp aku tak mau kalah dgn bu Yati dan adik2ku serta adik iparku yg gesit juga setia menunggu dan bolak balik demi kelancaran administrasi pengobatan ibu, sampai depan RS aku istirahat sebentar didepan, karena lemas sekali rasanya badan ini saat itu, hari itu aku hanya melihat sebentar kondisi ibu yg msh terbaring diruang ICU, aku hapus airmata yg tiba2 berlinang, aku tak mau terlihat sedih didepan bu Yati dan adikku, aku harus kuat dan optimis akan kesembuhan ibu, aku termasuk laki2 yg boleh dikatakan tdk pernah menangis, tp melihat kondisi ibu yg demikian aku benar2 kasihan, terbayang lg waktu sama2 mudik lebaran kemarin dgn mobil bersama2, ya Allah ya Robb, lalu aku putar surah Yasiin lewat handsfree diHpku, aku hafal surat ini dari ayat 1 sampai akhir, jd tinggal diikuti saja, karena biarpun hafal aku takut salah mengucapkan ayatnya, sampai pertengahan surah ,aku dipanggil, sdh makan belum, aku menjawab sudah, padahal aku blm sarapan pagi ini, pusing dan lemas msh melanda, sambil dgn bacaan surah yasiin dari mulutku yg nyaris tak terdengar, aku memejamkan mata sambil duduk diruang tunggu ini, melayang lagi pikiranku entah kemana. Malampun tiba, setelah banyak teman dan saudara yg datang ke RS siang dan sore tadi, aku benar2 lelah, jam 21.45 aku pulang kerumah, kurebahkan badanku setibanya disana, , Jam 22.30 aku diberitahu ichsan via sms ,bahwa menurut dr. Petrus, kondisi ibu jam 22.00 malam ini tensinya normal 135, Cuma panas dr luka dipencernaannya yg membuat kondisi lemah, dan ibu diberi obat tidur biar bisa istirahat dan mudah2an kondisi ibu bisa stabil lagi, Alhamdulillah ucapku dalam hati, tensi sdh normal dan stabil, karena sejak hari2 kemarin hanya tensinya yg turun naik. Pagi tanggal 4 November 2010 aku bangun setelah pulas tidur malam tadi, buru2 aku lihat hp aku kalau2 ada sms masuk, ternyata tidak ada, akupun bergegas sholat, dikeluarga kami memang dari kecil diterapkan harus sholat bagaimanapun keadaannya, teringat waktu kecil aku disuruh sholat oleh ibu ,bukan dgn dibentak2 tp dgn cara dibujuk dgn halus dan senyuman, itu yg selalu aku dan adik2ku ingat, dan ibu dan bapakku menyuruh sholat itu dgn memberi contoh, bukan dgn kata2 saja, ada lg kata2 ibu yg menyuruhku utk hati2 dan jujur dlm bekerja, hal ini yg selalu aku coba utk menaatinya.
Dalam hati ingin aku setiap hari selama ibu dirawat utk tidak bekerja sementara, tp sdh beberapa hari inipun aku dan istriku izin tdk masuk kerja, demi Allah kami sungguh tdk enak dgn rekan sekerja , biarpun mereka setuju2 saja, tetap saja tidak boleh ,ucapku dlm hati. Aku msh ada jatah cuti sekitar 6 hari kerja, jd aku merencanakan cuti kerja selama 6 hari kerja mulai dari tgl 8 november s/d 12 november 2010, akupun sdh menandatangani surat cuti tsb, dan aku akan menyerahkan ketemanku utk disampaikan keatasanku.
Selepas pulang kerja aku pulang dulu kerumah sebelum ke RS, sehabis maghrib aku langsung ke RS, aku beli gorengan dulu , akupun msh kepikiran dgn bapaku yg sakit juga hari ini, aku pikir pasti beliau kelelahan setelah hampir setiap hari bolak balik kesana kemari . sampai diRS ada tari ,ichsan dan bu Yati yg setia menunggu disana , aku pun diceritakan kondisi ibu saat tadi, lagi2 aku Cuma berani mengintip ke ruang ICU ,aku lihat ibu kondisinya msh seperti kemarin2 juga, lagi2 sedih kurasakan bukan cerita sinetron tp ini benar2 terjadi dgn keluargaku, aku pun menghela nafas panjang, buru2 aku keluar lagi, padahal satpam sdh menyilahkan aku utk masuk keruangan ICU. Aku putar surah yasiin lg melalui hpku dgn handsfree, aku memejamkan mata sambil mengikuti bacaan surah yasiin tsb, sedangkan keluargaku msh membicarakan hal ttg ibu atau cerita yg lain, utk menghilangkan rasa sedih dan cemas yg tak bisa disembunyikan dr wajah mereka. Jam 22.15 aku pamit pulang kerumah, sambil tdk lupa membelikan sate padang utk istriku dirumah.
Hari Jum’at , Tanggal 5 November 2010 pagi sekitar jam 6.47 ada sms masuk, dari ichsan yg mengabarkan bahwa pagi ini suhu tubuh ibu msh panas 39 derajat krn infeksi, tensi juga msh labil, sedangkan HB normal, barusan dirongent lagi, hasil lab dr sample cairan dilambung diketahui baru hari senin . aku bingung dan memutuskan utk tdk berangkat kerja hr itu, tapi tak lama kemudian ada sms masuk bahwa rekan sekerjaku hari inipun izin tidak masuk kerja, kepalaku pusing sekali, dgn berat hati aku meluncur ketempat kerjaku hari jum’at ini . Sampai ditempat kerja aku Cuma bengong lagi, pikiranku juga msh diRS, aku tlp adikku keadaan ibu sama msh tdk berubah juga, tensi msh labil, padahal malam td sdh normal. Jam 13.25 ichsan mengabarkan bahwa kondisi ibu msh labil, fungsi ginjal ibu berpengaruh besar, urine dan keratin msh labil, dokter menyarankan lakukan cuci darah utk mengeluarkan racun ditubuhnya, tensinya sekaran 150, HB 11,5 Gula 175 dan ibu sdh bisa BAB tp suhu tubuh 40derajat, jantungku mendadak berdebar…..cuci darah? Lagi2 segudang pertanyaan ada didlm kepalaku saat itu……..Sore hari aku langsung menuju keRS ,disana sdh berkumpul keluargaku hanya bapak yg tidak hadir, krn beliau sakit juga dirumah, Kami menunggu irfan yg blm datang ke rs krn ada rapat dikantornya, sekitar jam 21.30 dia datang juga dgn wajah letihnya kamipun menceritakan bahwa ibu hrs cuci darah utk membersihkan racun2 yg menyebar ke seluruh tubuh ibu, akibat usus yg bocor kemarin, aku ditegur ichsan kenapa bengong saja, aku pun hanya menjawab seadanya saja, cuci darah di ibu adalah hal yg sifatnya urgent, krn kalau tdk segera cuci darah akan sangat berbahaya lagi, dlm pikiranku ibu msh lemah apakah hrs cuci darah? Setelah diyakinkan keluargaku kamipun sepakat utk melakukan apa yg terbaik menurut dokter utk kesembuhan ibu kami tercinta.

E. Cuci darah

Selama ini dalam pikiranku cuci darah hanya utk orang yg mempunyai gagal ginjal saja , semakin bingung saja aku dan keluarga yg hanya orang awam yg tidak tahu apa2 mengenai kedokteran, yg kami mau hanya apapun dilakukan utk kesembuhan ibu kami agar bisa bersama2 lagi dan bermain dgn cucu2nya serta melihat cucunya yg ketiga lahir yg memang diprediksikan bulan November ini adik iparku akan melahirkan. Dalam kasus ibu saat ini dokter memang menyarankan utk cuci darah, malam itu Irfan dan Bu Yati yg bertugas menjaga ibu diruang tunggu ICU, sedangkan aku pulang kerumah, lagi2 sampai larut malam aku msh tdk bisa memejamkan mata, sambil tidak henti2nya berdo’a utk kesuksesan cuci darah yg akan dilaksanakan malam ini juga, aku melihat istri dan anakku , kasihan mereka , aku seminggu ini jarang memperhatikan mereka, sedangkan istriku, selalu menanyakan kondisiku hampir setiap saat. Jam 3.05 aku terhentak bangun dari tidur, ternyata aku pulas tertidur juga akhirnya, langsung aku lihat sms yg masuk dr irfan, ya Allah, deg2 lagi jantungku, jujur saja dari hari pertama ibu dirawat di RS setiap menerima sms dr keluargaku yg menunggu dirumah sakit ,aku selalu deg2an. Sms dari irfan : “ Proses pencucian darahnya utk saat ini distop dahulu krn tekanan darahnya yg msh labil.Takut drop kondisi ibu.trus Bantu do’a utk ibu ya, terima kasih” . sms kali ini sangat mengejutkan aku, Paginya hari Sabtu tanggal 6 November 2010 pagi2 sekali aku ke RS , sesampainya disana aku dijelaskan irfan dan bu Yati ternyata cuci darah yg estimasinya harus selesai selama 6 jam, tp dikarenakan kondisi ibu yg ngedrop proses pencucian darah distop ketika dilakukan selama 2,5 jam saja. Irfan dan bu Yati kemudian pamit pulang kerumah, sedangkan aku sendirian saja di ruang tunggu ICU, aku pasang handsfree hpku lalu aku putar surah yasiin lagi sambil terus2an berdo’a. aku pun membasuh muka ditoilet yg letaknya ada dibelakang kursi ruang tunggu ICU, kemudian duduk kembali, Tiba2 perawat memanggil keluarga ibu umi utk masuk keruang ICU , aku kaget dan bergegas masuk, firasatku ada yg nggak beres ttg kondisi ibu, di ruang ICU disebelah tempat tidur ibu dirawat dokter dan perawat sdh menunggu, dan aku dijelaskan kondisi ibu sedang ngedrop sekali dan aku diminta utk menghubungi keluargaku yg lain, Langsung aku sms keluargaku yg lain mengenai kondisi ibu saat itu, jam 9.16 aku mengabarkan “ibu ngedrop banget” , jam 9.18 :”ibu kritis” dan menurut dokter nadinya semakin lemah, aku bergegas berusaha utk mentalqinkan ibu sambil menahan airmata yg terus2an membasahi ,sambil terisak2 aku terus berusaha memandu ibu , ya Allah , airmatapun menetes dr mata ibu yg terpejam, perawat bergegas mengecek nadi ibu dan mereka memberitahuku bahwa denyut nadi semakin lemah, airmata terus2an menetes dari mataku dan suaraku yg memandu ibu utk melewati sakaratul maut dgn mentalqinkan beliau, airmata menetes lg dr mata beliau, melihat itu ingin rasanya aku teriak dan menumpahkan segalanya kepada ibuku utk jgn meninggalkan kami sekeluarga , ingin rasanya membalikkan waktu agar lebih berbakti lagi kpd beliau , dokter dan perawat terlihat pasrah dan membiarkan kami berdua disana, terlihat bulu mata ibu bergerak lemah dan semakin lemah hingga akhirnya tdk bergerak sama sekali, pas saat itu dokter ada disana aku memandang mata dokter, lalu dia memeriksa nadi ibu, dimatanya terlihat merasakan kesedihan yg aku rasakan, dia menepuk pundakku dan berkata sabar ya mas, dan utk mengingatkan utk menghubungi keluarga yg lain krn dia tahu saat ini aku hanya sendirian saja. Langsung aku mencium ibuku yg insya Allah dalam khusnul khotimah diakhir hidupnya, ibu yg selalu berusaha tidak menyusahkan orang lain. Yang aku ingat bahwa orang baik pasti akan mendapat kebaikan pula. Jam 9.29 ,aku sms keluargaku : “ Innalillahi wainna illaihi roji’un, ibu sdh nggak ada “ itulah smsku kepada keluargaku. Berapa saat kemudian hpku berdering, pertama dari bapakku yg tlp, memastikan dan seakan tdk percaya, disusul kemudian beberapa panggilan hpku yg terus2an berdering. Setiap menulis ini aku selalu meneteskan airmata untukmu ibu, zikirku mulai kini kutambah dgn do'a “Robbighfirli waliwalidayya warhamhumma kamma robayyani shoghiro” ,aku akan selalu mengingat engkau yg selalu baik dan tidak pernah marah juga sabar menghadapi anak2nya,aku akan mengingat pesan engkau ,utk selalu jujur dan berhati2 dlm bekerja. Selamat jalan ibu, kami yakin engkau telah bahagia disana......amiiiin

1 comment: