Selamat Jalan ibu, bagian 1
Bermula pada hari Jum’at 29 Oktober 2010 yg lalu, ibu merasakan sakit ,sehingga beliau berasa lemas , adik iparku kemudian mengantarkan ke tempat praktek dokter yg tdk jauh dari tempat tinggal kami. Setelah diperiksa beliau kemudian dikasih obat2an utk diminum, Kemudian pada hari sabtu pagi tanggal 30 Oktober 2010, aku yg biasa main kermh ibu yg memang bersebelahan dan tembus dari rumahku kerumah ibu , terkejut akan keadaan ibu yg terlihat berbaring lemah dan jika tidur terlentang beliau akan terasa sakit sekali dibagian perut. Ya Allah, kenapa ibuku keadaannya menjadi begini, ucapku dlm hati. Aku lihat perut ibu seperti orang kembung, dan ketika aku pegang perutnya seperti mengeras . terus terang aku nggak tega melihatnya, lalu aku keluar kamar, tanpa terasa airmata menetes dari mataku, ketika istri dan anakku mendatangi aku, air mata telah ku usap, agar tak kelihatan oleh mereka. Putriku mengajakku kembali kekamar Yangti ( Eyang putri), itu pangilan putriku ke ibu yg setiap hari momong dia, aku terdiam saja ketika putriku menarik2 tanganku.
Sabtu siang, adikku punya inisiatif utk memanggil dokter kerumah kami, Tak lama kemudian dokterpun dating, setelah dicek standar, dan diambil darahnya, kemudian asisten dokterpun ke laboratorium, tidak lama kemudian asisten dokterpun membawa hasil lab (laboratorium) ibu, Astagfirulloh, ternyata kadar gula ibu mencapai angka 500, dan tensinya juga sangat tinggi sekali aku lupa angkanya. Setelah dokter melihat hasil lab ibu , dia menyarankan utk diUSG saja, aku diluar kamar mencoba melihat hasil lab ibu sekali lg, Dokterpun kemudian pulang. Kami sekeluarga sangat bingung saat itu, lalu diputuskan cepat2 dibawa kerumah sakit pada sore harinya.
A. Dirumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Barat.
Sore hari kami sekeluarga berangkat ke rumah sakit, yg diputuskan ke RS Mitra Bekasi Barat saja, disamping RS nya besar dan dekat dari rumah. Perjalanan menuju kesana ibu banyak diam. Setelah sampai disana aku dan adik iparku ke UGD RS tersebut, aku lalu duduk, diruang tunggu, dgn pikiran yg bercampur aduk. Setelah menunggu beberapa saat, adik iparku dating, yg ternyata disuruh utk mendaftar sambil minta kamar rawat utk ibu, aku langsung masuk ke UGD, aku melihat ibu terbaring lemah dgn kateker yg sdh dipasang oleh dokter